Saturday, February 27, 2010


Menjaga Rumah dari Gangguan Setan

Rumah adalah tempat berteduh bagi kita, tempat beristirahat dan tempat untuk mendapatkan kehangatan di tengah keluarga kita. Oleh karena itu, kita sangat mendambakan rumah yang nyaman, aman, damai dan tenang. Beberapa orang mungkin menmpuh cara-cara yang haram (kesyirikan) untuk mendapatkan hal tersebut, misalnya memasang tamimah (jimat), pergi ke dukun, dan lain-lain.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memberikan resep yang mudah agar rumah kita senantiasa aman dari gangguan syaithan, yaitu dalam hadits berikut:
Dari Jabir bin ‘Abdillah bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
“Bila hari telah senja tahanlah anak-anakmu untuk tidak keluar rumah karena pada waktu itu banyak setan berkeliaran. Bila waktu telah berlalu, biarkanlah mereka, tutuplah pintu-pintu rumah, sebutlah nama Allah, karena setan tidak dapat membuka pintu-pintu yang tertutup. Tutuplah tempat minum dan sebutlah nama Allah, tutuplah bejana-bejana kalian dan sebutlah nama Allah, walau dengan meletakkan sesuatu di atasnya, dan matikan lampu-lampu.” (Mutafaqqun’alaihi)


Banyak sekali faedah yang kita dapat dari hadits ini, selain kita melindungi rumah dan anak-anak kita dari gangguan setan, juga terkandung faedah dalam menjaga makanan dari kotoran dan najis yang berasal dari hewan-hewan yang kotor (seperti tikus dan kecoak) di malam hari, sehingga tidak menimbulkan penyakit. Dan dipadamkannya lampu di malam hari adalah untuk mencegah terjadinya kebakaran serta kalau jaman sekarang agar tidak boros dalam penggunaan listrik. Semoga kita bisa istiqomah dalam mengamalkan hadits ini sehingga rumah dan keluarga kita dijauhkan dari gangguan syaithan.

*) Disadur ulang dari Tarbiyatul Abna (edisi terjemahan), Musthofa Al-Adawi *** Artikel muslimah.or.id

Thursday, February 25, 2010


KESABARAN BERUJUNG KENIKMATAN



Seorang dokter spesialis luka dalam Riyadh yang bernama Dr. Khalid Al Jubir berkisah tentang dirinya dan sahabatnya. Beginilah kisahnya, selama kuliah dulu dia memiliki seorang teman mahasiswa akademi militer. Dalam semua hal dia memiliki banyak kelebihan disbanding teman-temannya yang lain. Selain baik hati, pemuda ini juga amat rajin shalat malam dan tidak pernah lalai menjalankan shalat lima waktu.

Pemuda ini lulus dengan nilai memuaskan. Tentu saja ia sangat ingin senang. Namun tak ada yang bisa menduga jalannya takdir. Suatu saat pemuda ini terserang penyakitinfluensa, dan sejak saat itu fisiknya mnejadi lemah hingga mudah terserang berbagai macam penyakit. Hingga karena komplikasi penyakit yang beragam, ia menjadi lumpuh. Tubuhnyatidak mampu lagi digerakkan sama sekali. Semua dokter yang menanganinya mengatakan kepada Dr.Khalid, kalau kemungkinan kesembuhan untuk pemuda itu sekitar 10% saja.

Pada saat Dr.Khalid membesuknya di rumah sakit, ia melihat pemuda itu tak berdaya diatas ranjangnya. Dr.Khalaid datang untuk menghiburnya. Namun Subhanallah, apa yang ia dapatkan justru sebaliknya, wajah pemuda it cerah jauh dari mendung kedukaan. Pada wajah itu jelas sekali terpancar cahaya dan kilauan iman.

”Alhamdulillah, sya dalam leadaan sehat-sehat saja. Sya berdoa kepada Allah Subhanaahuwataa’ala semoga Anda lekas sembuh.” kata Dr.Khalid membuka pembicaraan. Di luar dugaan pemuda itu menjawab,”Terimakasih untuk doamu. Sesunggunya saudaraku mungikn saat ini Allah tengah menghukumku karena lalai dalam menghafal Al-Qur’an. Allah menguji saya, agar saya segera menuntaskan hafalan saya. Sungguh ini adalah nikmat yang tiada terkira.”

Dr.Kahlid terpana mendengar jawaban menakjubkan itu. Bagaimna mungkin cobaan begitu berat yang tengah dialami pemuda itu dianggap sebagai suatu nikmat? Benar-benar ini adalah suatu pelajaran baru yang amat berharga bagi dirinya sehingga ia merasa tak berharga dihadapan pemuda itu.

Dr.kahlid teringat akan sabda Rasulullah Sallallahu A’laihi Wassallam : ” Sungguh menggumkn perkara seorang mukmin. Seluruh perkaranya mengandung kebaikan. Hal ini hanya ada pada seorang mukmin. Ketika ia dikaruniai kesengangan ia bersyukur, maka hal iti baik baginya. Dan ketika ia ditimpa kesedihan, ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, maka hal itu baik baginya.” (Riwayat Muslim)

Jujur saja Dr.Kahalid teramat mengagumi ketabahan pemuda itu. Beberapa pekan kemudian ia membesuk sahabatnya itu, sepupu sang pemuda berkata,”Coba gerakkan kakimu, coba angkat kakimu ke atas.” Peuda itu menjawab,”Sungguh saya amat malu kepada Allah untuk terburu-buru sembuh. Jika kesembuhan itu yang terbaik bai Allah, aku bersyukur. Namun, apabila Allah tidak memberikan kesembuhan padaku hanya agfar aku tidak melangkah ke tempat-tempat maksiat aku pun bersyukur. Allah Amha Tau yang terbaik untukku.

Allahu Akbar, betapa kaimaat itu sangat menggetarkan. Setelah peristiwa itu Dr.khalid menempuh progrmmagisternya ke luar kota. Beberapa bulan setelah itu ia kembalidan yang pertama diingatnya adalah pemuda sahabatnya itu. Dalam benaknya ia berpikir,”Paling saat ini ia sedang terbaring lemah di atas kasurnya, jika ia kemana-mana pastilah ia digotong.”

Ternyata menurut teman-temannya pemuda itu sudah pindah ke ruang penyiapan untuk mendapatkan pengobatan alami. Pada saat Dr.Khalid menemuinya, ia tengah duduk di kursi roda. Dr.Khalid senagng sekali melihatnya hingga berkali-kali ia mengucapkan syukur.

Pemuda itu dengan spontan menyampaikankabar gembira yang tak terduga ”Alhamdulillah saya telah menyelesaikan bacaan Al-Qur’an.” katanya penuh semangat. ”Subhanallah” Dr.Khalid memekik kagum. Setiap kali membesuknya ia selalu mendapat hikmah yang semakin mempertebal keimanannya.

Tidak lama berselang, Dr.Khalid kembali pergi ke luar kota selama empat bulan. Dan selama itu pula ia tidak pernah bertemu dengan pemuda sahabatnya yang sangat tabah itu. Hingga saat ia kembali, ia menerima kenyataan yang amat sulit diterima oleh akal manusia. Namun, bagi Dzat yang Maha Tinggi, bukanlah hal yang mustahil terjadi. Jangankan hanya sakit, tulang-belulang yang telah hancur pun bisa dihidupka kembali menjadi manusia yang utuh.

Pada waktu Dr.Khalid sedang shalat di mushalla rumah sakit itu. Tiba-tiba ia mendengar sapaan seseorang, ”Abu Muhammad!” Reflek dia menoleh dan pandangan di hapannya membuatnya terpana. Ia tak mapu mengucap sepatah kata pun. Benar, Wallahi (Demi Allah-red) yang berdiri di hadapannya adalah pemuda sahabatnya yang dulu lumpuh total. Namun di hadapannya kini ia dapat berjalankembali dengan normal dan segar bugar. Allahu Akbar, sesungguhnya keimanan lah yang dapat memunculkan keajaiban.

Spontanitas, Dr. Khalid menangis. Pertama dia menangis karena terharu dan senang akan karunia Allah berupa kesembuhan untuk sahabatnya itu. Kedua ia menangis untuk dirinya sendiri yang selama ini lalai untuk mensyukuri nikmat-nikmatNya.

Ternyata, karunia untuk sahabatnya tidak hanya sebatas itu. Ia diterima sebagai delegasi Universitas Malik Su’ud Riyadh, kerajaan Saudi Arabia untuk melanjutkan studi magisternya. ”Dr. Khalid apa yang saya terima ini justru akan menjadi malapetaka bagi saya jika saya tidak mensyukurinya.” Paparnya kepada Dr.Khalid

Setelah tujuh tahun, pemuda itu mengunjungi Dr. Khalid kembali dalam rangka mengantar kakeknya yang terkena penyakit hati. Dan Subhanallah, ia telah menjadi seorang mayor!

Dr.Khalid kembali meneteskan airmatanya. Ia berdoa kepada Allah agar pemuda itu selalu dalam kebaikan dan selalu istiqomah di dalam iman dan islam. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Mengabulkan permohonan setiap hambaNya.

(Ummu Faros, dari penjagaan Allah kepada hamba-hambaNya yang shalih; Khalid Abu Shalih )

Diambil dari : Majalah Elfata, Volume 07 2007, Kasih sayang di Bulan Suro.

Tuesday, February 23, 2010

Ilmu Lebih Baik Daripada Harta


Keutamaan Ilmu atas harta dapat diketahui dari beberapa segi:
Pertama:Ilmu adalah warisan para nabi manakala harta adalah warisan para raja dan orang-orang kaya
Kedua:Ilmu akan menjaga pemiliknya manakala pemilik harta menjaga hartanya.
Ketiga:Ilmu adalah penguasa atas harta sedangkan harta tidak berkuasa atas ilmu.
Keempat:Harta akan habis dengan dibelanjakan,sedangkan ilmu akan bertambah jika di ajarkan.
Kelima:Apabila meninggal dunia pemilik harta akan berpisah dengan hartanya,sedangkan ilmu akan masuk bersamanya kedalam kubur.
Keenam:Harta dapat diperolehi oleh orang-orang mukmin maupun kafir,orang baik mahupun orang jahat.Sedangkan ilmu yang bermanfaat hanya dapat diperoleh oleh rang-orang yang beriman.
Ketujuh:Orang-orang yang berilmu diperlukan oleh para raja dan selain mereka,sedangkan pemilik harta hanya diperlukan oleh orang-orang miskin.
Kelapan:Jiwa akan mulia dan bersih dengan mengumpulkan ilmu dan berusaha memperolehinya-hal itu termasuk kesempurnaan dan kemuliaannya-sedangkan harta tidak membersihkannya,idak menyempurnakannya bahkan tidak menambah sifat mulia.
Kesembilan:Harta itu mengajak jiwa kepada bertindak sewenang-wenang dan sombong,sedangkan ilmu mengajaknya untuk rendah hati dan melaksanakan ibadah.
Kesepuluh:Ilmu membawa dan menarik jiwa kepada kebahagiaan yang Allah ciptakan untuknya, sedangkan harta adalah penghalang antara jiwa dengan kebahagiaan tersebut....bersambung

Nukilan dari Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga tulisan Syeikh Yazid bin Abdul Qadir Jawwas m/s 49.

Monday, February 22, 2010

Bagaimana Seorang Muslim Dapat Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu Syar'ie


Imam Badruddin bin Abi Ishaq Ibrahim bin Abil Fadhl Sa'3dulLah Ibnu Jama'3ah (wafat tahun733H)rahimahullah menjawab,"Niat yang baik
dalam menuntut ilmu adalah hendaklah ditujukan hanya untuk mengharap wajah Allah,beramal dengannya,menghidupkan syari'3at,menerangi hatinya,menghiasi batinnya dan mengharap kedekatan dengan Allahpada hari kiamat,serta mencari segala Apa yang Allah sediakan untuk ahlinya (ahli ilmu) berupa keredhaan dan kurnia-Nya yang besar....dan janganlah ia bertujuan dengan menuntut ilmu itu untuk memperolehi keunungan duniawi, seperti kepemimpinan,jabatan,kehormatan dan harta,berbangga dihadapan teman-temannya, diagungkan manusia,menjadi pemimpin di majlis dan yang sepertinya....Tazkiratu Saami3 wal Mutakallim


Dipetik dari: Menuntut Ilmu Jalan Menuju KeSyurga Tulisan Syeikh Yazid bin Abdul Qadir Jawwas,m/s68
Indahnya Rumah Tangga Di Bawah Naungan Manhaj Nubuwwah


Oleh Ust. Abu Ahmad bin Syamsyuddin

Rumah Tangga Sebuah Amanah

Kewajiban paling utama, tanggung jawab paling besar, dan amanah paling berat adalah pendidikan terhadap keluarga dan bimbingan untuk rumah tangga, berawal dari diri sendiri kemudian istri, anak-anak , dan kerabatnya. Inilah yang dimaksud firman Alloh:

يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارً۬ا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَيۡہَا مَلَـٰٓٮِٕكَةٌ غِلَاظٌ۬ شِدَادٌ۬ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ (٦)

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api naar yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6)

Pendidikan keluarga bukan sekedar kegiatan sambilan, pemikiran sedeharna, atau upaya ala kadarnya. Namun pendidikan keluarga merupakan kebutuhan asasi dan masalah yang sangat urgen serta memiliki konsekuensi jauh ke depan dalam menentukan masa depan rumah tangga. Seorang muslim harus bertanggung jawab atas segala kekurangan dan kesesatan yang terjadi di tengah keluarganya. Dari Ibnu Umar Rodhiyalloohu ‘Anhuma berkata: aku mendengar Rosulullooh Shololloohu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Kamu sekalian adalah pemimpin, dan akan diminta tanggung jawab atas kepimpinannya, seorang imam adalah pemimpin, dan akan diminta tanggung jawab atas kepemimpinannya dan seorang laki-laki adalah pemimpin dan akan diminta tanggung jawab atas atas kepemimpinannya, dan wanita adalah penanggung jawab terhadap rumah suaminya dan akan diminta tanggung jawabnya, serta pembantu penanggung jawab atas harta benda majikannya dan akan diminta tanggung jawabnya”. (Shohih, diriwayatkan oleh Bukhori dalam Shohih-nya: 893, 2409, 2554, 2558, 2571, 5188, dan 7138. Muslim dalam Shohih-nya: 4701, dan Tirmidzi dalam Sunan-nya: 1705)

Keluarga yang baik merupakan nikmat yang paling agung dan karunia yang palingberharga dan tidak ada yang mampu menghargai dan mengenali nilainya kecuali orang yang telah memiliki keluarga hancur dan rumah tangga berantakan sehingga kehidupan laksana terkurung oleh hawa neraka, dan hari-harinya hampir diwarnai perih dan pilu karena keluarga berantakan.

Bekal Membina Rumah Tangga

Ketahuilah bahwa berbagai macam problem kehidupan dalam rumah tangga sering timbul akibat kebodohan terutama terhadap ilmu agama. Dan sebagai obatnya adalah belajar, sebagaimana sabda Nabi Shololloohu ‘alaihi wassallam kepada para sahabat Rodhiyalloohu ‘Anhuma:

“Mengapa mereka tidak bertanya jika tidah tahu? Sesungguhnya obat kebodohan adalah bertanya”. (Hasan, diriwayatkan Imam Abu Dawud dalam Sunan-nya: 337 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya:572. Dan dihasankan syaikh al-Albani dalam Shohih Sunan Abu Dawud: 337)

Kedunguan hati dari ilmu dan kebisuan lisan dari berbicara dinyatakan sebagai penyakit. Dan obatnya adalah bertanya kepada ulama, sehingga meraih ilmu yang bermanfaat, sebab ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang terpancar dari lentera Al-Qur’an dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman para sahabat dan tabi’in , termasuk perkara yang terkait dengan ma’rifat kepada Alloh, hukum halal-haram, zuhud, kebersihan hati dan akhlaq mulia, serta mengatur kehidupan rumah tangga.

Ilmu yang bermanfaat berfungsi sebagai pemusnah secara tuntas dua penyakit rohani yang paling berbahaya dan menjadi biang penyakit hati yaitu syubhat dan syahwat. Maka sebagai seorang pendidik, sebelum membina keluarganya, harus membekali dirinya dengan ilmu agama yang cukup. Sehingga dengan bekal ilmu agama yang bermanfaat, semua urusan rumah tangga menjadi mudah dan berdakwah di tengah keluarga menjadi lancar. Apalagi bila ilmu telah meresap ke dalam hati maka akan melenyapkan penyakit syubhat dan syahwat, mencabut kedua penyakit itu sampai ke akar-akarnya. Ibaratnya orang yang sedang minum obat, segala macam kuman akan hancur dan musnah, sementara obat yang paling manjur adalah obat yang cepat meresap ke dalam tubuh dan tidak membuat kuman kebal, tetapi untuk memusnahkan.

Akhlaq Seorang Pendidik

Seorang pembina rumah tangga harus berilmu, berperangai lemah lembut, bersabar dalam mendidik, sehingga akan memberikan kesan yang baik pada keluarga, seperti firman Alloh Subhannahu Ta’ala:

فَبِمَا رَحۡمَةٍ۬ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡ‌ۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَ‌ۖ فَٱعۡفُ عَنۡہُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِى ٱلۡأَمۡرِ‌ۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ (١٥٩)

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (QS. Ali Imran [3]: 159)

Syaikhul islam Ibnu taimiyah Rohimahulloh berkata:

“Hendaknya tidak menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran kecuali setelah memiliki tiga bekal: berilmu sebelum menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran, berperangai lemah lembut ketika menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran, serta bersabar setelah menyeru kebaikan dan melarang kemungkaran.” (al-Amr bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Munkar, Ibnu Taimiyah, hal. 57)

Hendaknya seorang pendidik paling terdepan dalam memberi contoh karena sangat berat ancaman orang yang tidak konsekuen terhadap ajakannya, sebagaimana sabda Nabi Shololloohu ‘alaihi wassallam:

“Nanti pada hari kiamat ada seseorang didatangkan lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka ususnya keluar. Lalu ia berputar-putar di sekitar penggilingan. Kemudian penghuni neraka mengerumuninya dan bertanya, ‘Hai Fulan, ada apa denganmu? Bukankah kamu yang menyeru kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran?’ Ia menjawab, ‘Ya, aku telah menyeru kepada kebaikan tetapi aku sendiri tidak mengerjakannya dan aku melarang orang dari kemungkaran tetapi aku sendiri mengerjakannya.” (Shohih, diriwayatkan Imam Bukhori dalam Shohih-nya: 3267, 7098. Dan Imam Muslim dalam shohih-nya: 7408)

Hadits shohih di atas memberi petunjuk bahwa orang yang mengetahui kebaikan dan kemungakaran lalu melanggarnya lebih berat siksaannya daripada orang yang tidak mengetahuinya karena ia seperti orang yang menghina larangan Alloh dan meremehkan syari’at-Nya, sehingga ia termasuk ahli ilmu yang tidak bermanfaat ilmunya.

Wahai saudaraku, para suami…

Wahai sang suami, sungguh engkaulah pemegang kendali rumah tangga, ikatan pernikahan dan perjanjian yang berat, karena Alloh berfirman:

….. وَّاَخَذۡنَ مِنۡكُمۡ مِّيۡثَاقًا غَلِيۡظًا

Dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat. (QS. 4:21)

Anda telah memikul tanggung jawab, memegang amanat dan beban rumah tangga. Hubungan penikahan merupakan kemuliaan bagi laki-laki dan perempuan, maka secara fitroh dan naluri masing-masing memiliki tugas hidup agar kehidupan rumah tangga berjalan normal dan lurus seperti firman Alloh:

ٱلرِّجَالُ قَوَّٲمُونَ عَلَى ٱلنِّسَآءِ بِمَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بَعۡضَهُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٍ۬ وَبِمَآ أَنفَقُواْ مِنۡ أَمۡوَٲلِهِمۡ‌ۚ فَٱلصَّـٰلِحَـٰتُ قَـٰنِتَـٰتٌ حَـٰفِظَـٰتٌ۬ لِّلۡغَيۡبِ بِمَا حَفِظَ ٱللَّهُ‌ۚ وَٱلَّـٰتِى تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَٱهۡجُرُوهُنَّ فِى ٱلۡمَضَاجِعِ وَٱضۡرِبُوهُنَّ‌ۖ فَإِنۡ أَطَعۡنَڪُمۡ فَلَا تَبۡغُواْ عَلَيۡہِنَّ سَبِيلاً‌ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلِيًّ۬ا ڪَبِيرً۬ا (٣٤)

Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka [laki-laki] atas sebahagian yang lain [wanita], dan karena mereka [laki-laki] telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. (QS. An-Nisa’ [4]: 34)

Upayakanlah kendali rumah tangga, terutama isterimu, tetap berada di tanganmu. Jangan bersikap lemah dan tidak berwibawa serta tidak berdaya di hadapan tuntutan dan tekanan isterimu, akhirnya ia menghinamu, memperbudakmu, dan merendahkanmu sehingga kehidupan rumah tanggamu berantakan bagaikan neraka. Begitu pula, jangan engkau menghinanya dan menzholiminya, serta menganggapnya seperti barang tak berguna, sebab sikap semena-mena terhadap orang yang lemah seperti isterimu menunjukkan kerdilnya sebuah kepribadian. Terimalah kebaikan yang telah diberikan kepadamu dengan senang hati dan bersabarlah atas berbagai kekurangannya, serta jangan mengangan-angankan kesempurnaan darinya karena dia diciptakan oleh Alloh dari tulang rusuk yang bengkok sebagaimana sabda Rosululloh Shololloohu ‘alaihi wassallam:

((إِنَّ الْمَرْأَةََ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ, لَنْ تَسْتَقِيْمَ لَكَ عَلَى طَرِيْقَةٍ, فَإِنِ اسْتَمْتَعْتَ بِهَا اِسْتَمْتَعْتَ بِهَا وَفِيْهَا عِوَجٌ, وَإِنْ ذَهَبْتَ تُقِيْمُهَا كَسَرْتَهَا وَكَسْرُهَا طَلاَقُهَا))
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk, ia tidak bisa lurus bersamamu di atas satu jalan. Jika kamu menikmatinya maka kamu menikmatinya dalam kondisi bengkok, namun bila anda ingin meluruskannya, maka boleh jadi patah dan patahnya adalah talak.” (Shohih, diriwayatkan Imam Muslim dalam Shohih-nya: 3631)

Wahai saudaraku, para isteri…

Setiap kesalahan yang dilakukan seorang isteri, perasaan mengikuti hawa nafsu, sikap terlalu cemburu, atau was-was hanya merupakan bisikan setan dan bersumber dari lemahnya iman kepada Alloh, sehingga rumah tangga berubah meikan bagnjadi berantakan laksana neraka dan rumah tangga menjadi porak-poranda bagaikan bangunan disambar halilintar; akibatnya, semua pihak menyesali pernikahan tersebut. Atau boleh jadi karena kesalahan isteri menjadi penyebab talak (perceraian), kemudian jiwa menjadi goncang dan ditimpa kegelisahan yang sangat berat.

Betapa indahnya bila anda meluruskan hati, ahlak, dan tabiat ketika bergaul dengan suami dan kerabat suami anda. Betapa eloknya bila anda selalu menggunakan akal sehat dan kesabaran dalam setiap menghadapi urusan rumah tangga. Betapa mulianya ketika seorang isteri mampu menjadi pendamping setia bagi suami, dan betapa agung kedudukannya di hati sang suami bahkan ia mampu memikat perasaan suami ketika sang isteri berkata: “Aku mendengar dan mentaati”.

Semoga saudariku muslimah mendapa taufiq dan hidayah dengan etika Islam, mau menyempurnakan akal pikiran dengan ilmu dan ma’rifah, dan menyembuhkan hatinya dengan keimanan kepada Alloh, sehingga kehidupan penuh dengan suasana bahagia dan hidup bersama sang suami penuh dengan ketenangan dan ketentraman serta kegembiraan.

Wahai para isteri, tunaikanlah kewajibanmu terhadap suamimu, niscaya engkau akan mendapat kasih sayang dan cintanya!.

Kewajiban Seorang Suami

Kewajiban sebagai seorang suami banyak sekali namun yang terpenting antara lain:

1. Kewajiban materi meliputi pemberian nafkah, kebutuhan pakaian, dan kebutuhan pendidikan keluarga serta kebutuhan tempat tinggal

2. Tidak boleh memberatkan isteri dengan mengajukan berbagai tuntutan kebutuhan di luar kemampuannya, dan tidak boleh membuat suasana kacau karena permasalahan sepele, sebagaimana yang telah diwasiatkan Rosululloh Shololloohu ‘alaihi wassallam:

“Ingatlah dan berwasiatlah kepada wanita dengan kebaikan, karena mereka berada disisimu bagaikan pelayan, dan kalian tidak bisa memiliki lebih dari itu kecuali mereka telah melakukan perbuatan keji yang jelas.”(Shohih, diriwayatkan Tirmidzi dalam Sunan-nya: 1163 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya: 1851)

3. Kewajiban non materi seorang suami meliputi menggembirakan isteri dan bersikap lemah lembut dalam bertutur kata. Sang suami harus bermusyawarah dan mengambil pendapat sang isteri dalam rangka menunaikan kebaikan. Begitu juga, sang suami harus berterima kasih atas jerih payah isterinya, dan tidak boleh mendiamkan di atas tiga hari karena urusan keduniaan.

4. Hendaknya seorang suami memberi kesempatan bagi isterinya untuk beramal sholih, bersedekah dengan hartanya, memberi hadiah, menyambut tamu dari keluarga dan kerabatnya, serta setiap orang yang mempunyai hak atasnya.

5. Hendaknya mengambil waktu yang cukup untuk tinggal di rumah dan berusaha semaksimal mungkin menghindari keluar rumah tanpa tujuan dan sering berpergian, sering keluar rumah untuk bergadang tanpa manfaat, karena yang demikian itu bisa membawa kehancuran.

6. Hendaknya sang suami tidak melarang isterinya berkunjung kepada keluarga dan kerabatnya, asal tidak berlebihan.

7. Wanita dalah mahluk yang lemah, maka wajib bagi laki-laki memberi perhatian cukup, melarangnya keluar ke pasar dan lainnya seorang diri, dan harus menjauhkannya dari tempat yang ikhtilath (bercampur) dan kholwah (berduaan/menyepi) dengan laki-laki lain. Begitu juga seorang suami harus menjauhkan sasuatu yang merusak aqidah dan akhlaq keluarganya, dan menyingkirkan segala sarana maksiat yang menghancurkan kehormatan, seperti alat musik.

8. Seorang suami harus mengajarkan kepada isterinya ilmu agama dan mendidiknya di atas kebaikan, serta menyiapkan segala kebutuhannya dalam rangka meraih ilmu dan istiqomah dalam beragama sesuai dengan ajaran Alloh

Kewajiban Seorang Isteri

Di antara Kewajiban sebagai Seorang Isteri yang paling utama dan prinsip, antara lain:

1. Mentaati dan mematuhi perintah suami selagi tidak menganjurkan maksiat kepada Alloh, karena tidak ada ketaatan kepada mahluk bila menganjurkan kepada maksiat dan pelanggaran kepada Alloh, seperti sabda Rosululloh Shololloohu ‘alaihi wassallam:

“Tidak ada ketaatan bagi orang yang bermaksiat kepada Allah Subahanahu wa Ta’ala”. (Shahih. Diriwayatkan Muslim dalam Shahih-nya: 4840, at-Tirmidzi dalam Sunan-nya: 1707 dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya: 2865 dengan lafazh Ibnu Majah serta dishahihkan Syaikh al-Albani.)

2. Dalam bidang materi, seorang isteri harus memberikan pelayanan fisik, baik yang berkaitan dengan kebutuhan pribadi suami atau rumah tangganya, sehingga ibadah nafilah (sunnah) menjadi gugur demi menunaikan tugas tersebut.

Dari Abu Hurairoh sesungguhnya Rosululloh Shololloohu ‘alaihi wassallam: bersabda:

“Tidak boleh bagi seorang isteri berpuasa (sunnat) sementara suami ada di rumah kecuali atas izinnya (suami), tidak boleh ia mengizinkan orang lain masuk rumahnya kecuali atas izinnya (suami), dan setiap harta suami yang diinfaqkan sang isteri tanpa seizinnya, maka sang suami mendapatkan pahala separuh baginya.” (Shohih, diriwayatkan Imam Bukhari dalam Shahih-nya: 2066 dan 5360, Imam Muslim dalam Shahih-nya: 2367 dan Abu Dawud dalam Sunan-nya: 1687, 2458).

3. Dalam bidang rohani, seorang isteri harus menjaga perasaan suami dan menciptakan suasana tenang dan kondusif dalam rumah tangga serta membantu meringankan beban dan penderitaan yang menimpa suaminya.

4. Dalam bidang kesejahteraan, seorang isteri harus mengingatkan suami tentang kebaikan, membantu dalam kebajikan dan ketaatan, membantu dalam bidang sosial, menyantuni fakir miskin dan membantu orang-orang yang lemah untuk memenuhi kebutuhan mereka.

5. Dalam bidang pendidikan, seorang isteri harus membantu suami dengan jiwa raga dan menerima segala nasehat dan arahannya. Begitu juga dia harus membantunya dalam mendidik dan meluruskan adab anak-anak serta menghindarkan sikap antipati dan masa bodoh terhadap masa depan pendidikan anak-anak.

6. Hendaklah seorang isteri tidak mengajukan tuntutan nafkah atau lainnya yang memberatkan suami atau mempersulit suami.

7. Tidak berkhianat dalam dirinya, harta benda suami dan rahasia-rahasianya.

Balasan Bagi Rumah Tangga yang Berhasil

Tiada amal sholih yang dianggap sia-sia oleh agama. Setiap kebaikan sekecil apapun pasti mendapat balasan. Setiap benih kebaikan yang disemai di ladang subur, pada musim panen pasti akan memetik hasilnya, maka suami dan isteri yang telah membina rumah tangga yang baik dan mengerahkan berbagai macam pengorbanan untuk mendidik keluarga. Alloh akan memberi balasan yang besar. Cukuplah balasan nikmat baginya berupa sanjungan, pujian, dan pahala yang besar setelah wafatnya, seperti yang telah ditegaskan sebuah hadits dari Abu Hurairoh Rodhiyalloohu ‘anhu ia berkata bahwa Rosululloh Shololloohu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Jika manusia meninggal maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara,: shodaqoh jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih yang mendo’akannya.” (HR. Bukhori 7/247 no.6514, dan Muslim 3/1016 no.1631)

Balasan yang lebih besar lagi, ia dikumpulkan di surga bersama para kekasih dan kerabatnya dalam satu tempat tinggal di surga, sebagai karunia dan balasan yang baik dari Alloh, seperti firman Allohu ta’ala:

وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡہُمۡ ذُرِّيَّتُہُم بِإِيمَـٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِہِمۡ ذُرِّيَّتَہُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَـٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَىۡءٍ۬‌ۚ كُلُّ ٱمۡرِىِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ۬ (٢١)

Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat dengan apayang dikerjakannya. (QS. 52:21)

Pembinaan rumah tangga secara baik, mampu mengangkat martabat, memperbaiki nasib rezeki, mengukir prestasi, memelihara moral generasi, dan menanggulangi dekadensi sehingga membuat hati tenang dan jiwa lapang. Maka pembinaan harus berbasis penumbuhan kesadaran, keimanan, ketaqwaan dan pengendalian diri, serta mampu membentuk suasana damai dan mesra sehingga perasaan kasih sayang tumbuh subur. Allohu musta’an

Diketik ulang oleh Ummu Tsaqiif al-Atsariyyah dari majalah Mawaddah Edisi 1 Tahun ke-1 (1428/2007) untuk http://jilbab.or.id)

Sunday, February 21, 2010

Orang yang Mula-mula dibukakan Syurga Untuknya

Anas meriwayatkan sabda Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam:"Akulah manusia yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat,dan akulah orang yang pertama mengetuk pintu syurga."HR Muslim (3/73-Syarah an-Nawawi)
Masih dari Anas Nabi bersabda:"Aku mendatangi pintu syurga pada hari kiamat untuk membukanya maka penjaga pintu bertanya:siapakah kamu? aku menjawab, Muhammad! ia mengatakan kepadamu aku diperintahkan agar aku tidak membukanya untuk seseorangpun sebelummu."HR Muslim (3/73-Syarah an-Nawawi)


Dipetik dari buku : RasululLah berkisah tentang syurga dan neraka,tulisan Syeikh Wahid bin Abdul Salam Bali

Monday, February 15, 2010


Penulis: Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz rahimahullah

Sungguh banyak sekali pertanyaan yang diajukan oleh kebanyakan kaum muslimim tentang hukum memperingati Maulid Nabi Muhammad shalallahu ‘alahi wa sallam dan hukum mengadakannya setiap kelahiran beliau.

Adapun jawabannya adalah : TIDAK BOLEH merayakan peringatan maulid nabi karena hal itu termasuk bid’ah yang diada-adakan dalam agama ini, karena Rasulullah tidak pernah merayakannya, tidak pula para Khulafaur Rasyidin dan para Sahabat, serta tidak pula para tabi’in pada masa yang utama, sedangkan mereka adalah manusia yang paling mengerti dengan As-Sunnah, paling cinta kepada Rasulullah, dan paling ittiba’ kepada syari’at beliau dari pada orang–orang sesudah mereka.

Dan sungguh telah tsabit (tetap) dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda :

“Barang siapa mengadakan perkara baru dalam (agama) kami ini yang tidak ada asal darinya, maka perkara itu tertolak. “(HR. Bukhari Muslim).

Dan beliau telah bersabda dalam hadits yang lain :

“(Ikutilah) sunnahku dan Sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk sesudahku. Peganglah (kuat-kuat) dengannya, gigitlah sunnahnya itu dengan gigi gerahammu. Dan jauhilah perkara-perkara yang diadakan-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat. (HR. Tirmidzi dan dia berkata : Hadits ini hasan shahih).

Dalam kedua hadits ini terdapat peringatan yang keras terhadap mengada-adakan bid’ah dan beramal dengannya. Sungguh Allah telah berfirman :

“Apa yang telah diberikan Rasul kepadamu, maka ambillah dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. “(QS. Al-Hasyr : 7).

Allah juga berfirman :

“Maka hendaknya orang yang menyalahi perintah-Nya, takut akan ditimpa

cobaan atau ditimpa adzab yang pedih. “(QS. AN-Nuur : 63)

Allah juga berfirman :

“Orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan untuk mereka surga-surga yang di bawahnya ada sungai-sungai yang mengalir, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar. “(QS. At-Taubah : 100).

Allah juga berfirman :

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni’mat-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agamamu. “(QS. Al Maidah : 3).

Dan masih banyak ayat yang semakna dengan ini.

Mengada-adakan Maulid berarti telah beranggapan bahwa Allah ta’ala belum menyempurnakan agama ini dan juga (beranggapan) bahwa Rasulullah belum menyampaikan seluruh risalah yang harus diamalkan oleh umatnya. Sampai datanglah orang-orang mutaakhirin yang membuat hal-hal baru (bid’ah) dalam syari’at Allah yang tidak diijinkan oleh Allah.

Mereka beranggapan bahwa dengan maulid tersebut dapat mendekatkan umat islam kepada Allah. Padahal, maulid ini tanpa diragukan lagi mengandung bahaya yang besar dan menentang Allah dan Rasul-Nya karena Allah telah menyempurnakan agama Islam untuk hamba-Nya dan Rasulullah telah menyempurnakan seluruh risalah sampai tak tertinggal satupun jalan yang dapat menghubungkan ke surga dan menjauhkan dari neraka, kecuali beliau telah menyampaikan kepada umat ini.

Sebagaimana dalam hadits shahih disebutkan, dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali wajib atas nabi itu menunjukkan kebaikan dan memperingatkan umatnya dari kejahatan yang Allah ajarkan atasnya. “(HR. Muslim).

Dan sudah diketahui bahwa Nabi kita adalah Nabi yang paling utama dan penutup para Nabi. Beliau adalah Nabi yang paling sempurna dalam menyampaikan risalah dan nasehat. Andai kata perayaan maulid termasuk dari agama yang diridhai oleh Allah, maka pasti Rasulullah akan menerangkan hal tersebut kepada umatnya atau para sahabat melakukannya setelah wafatnya beliau.

Namun, karena tidak terjadi sedikitpun dari maulid saat itu, dapatlah di ketahui bahwa Maulid bukan berasal dari Islam, bahkan termasuk dalam bid’ah yang telah Rasulullah peringatkan darinya kepada umat beliau. Sebagaimana dua hadits yang telah lalu. Dan ada juga hadits yang semakna dengan keduanya, diantaranya sabda beliau dalam khutbah Jum’at : “Amma ba’du, maka sebaik-baiknya perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan sebaik-baiknya petunjuk adalah petunjuk Muhammad. Dan sejelek-jeleknya perkara adalah perkara yang di ada-adakan dan setiap bid’ah itu sesat. “(HR. Muslim).

Ayat-ayat dan hadits-hadits dalam bab ini banyak sekali, dan sungguh kebanyakan para ulama telah menjelaskan kemungkaran maulid dan memperingatkan umat darinya dalam rangka mengamalkan dalil-dalil yang tersebut di atas dan dalil-dalil lainnya.

Namun sebagian mutaakhirin (orang-orang yang datang belakangan ini) memperbolehkan maulid bila tidak mengandung sedikitpun dari beberapa kemungkaran seperti : Ghuluw (berlebih-lebihan) dalam mengagungkan Rasulullah, bercampurnya wanita dan laki-laki, menggunakan alat-alat musik dan lain-lainnya, mereka menganggap bahwa Maulid adalah termasuk BID’AH HASANAH, sedangkan kaidah Syara’ (kaidah-kaidah / peraturan syari’at ini) mengharuskan mengembalikan perselisihan tersebut kepada kitab Allah dan sunnah Rasulullah, sebagaimana Allah berfirman :

“ Hai orang-orang yang beriman taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul dan Ulil Amri dari kalian maka bila terjadi perselisihan di antara kalian tentang sesuatu kembalikanlah kepada (kitab) Allah dan (sunnah) RasulNya bila kalian memang beriman kepada Allah dan hari akhir demikian itu lebih baik dan lebih bagus akibatnya. “(QS. Ann Nisaa’ : 59).

Allah juga berfirman :

“Tentang sesuatu apapun yang kamu berselisih, maka putusannya (harus) kepada (kitab) Allah, “(QS. Asy Syuraa : 10).


Dan sungguh kami telah mengembalikan masalah perayaan maulid ini kepada kitab Allah. Kami mendapati bahwa Allah memerintahkan kita untuk ittiba’ (mengikuti) kepada Rasulullah terhadap apa yang beliau bawa dan Allah memperingatkan kita dari apa yang dilarang. Allah juga telah memberitahukan kepada kita bahwa Dia – Subhanahu wa Ta’ala – telah menyempurnakan Agama Islam untuk umat ini. Sedangkan, perayaan maulid ini bukan termasuk dari apa yang dibawa Rasulullah dan juga bukan dari agama yang telah Allah sempurnakan untuk kita.

Kami juga mengembalikan masalah ini kepada sunnah Rasulullah. Dan kami tidak menemukan di dalamnya bahwa beliau telah melakukan maulid. Beliau juga tidak memerintahkannya dan para sahabat pun tidak melakukannya. Dari situ kita ketahui bahwa maulid bukan dari agama Islam. Bahkan Maulid termasuk bid’ah yang diada-adakan serta bentuk tasyabbuh (menyerupai) orang yahudi dan nasrani dalam perayaan-perayaan mereka. Dari situ jelaslah bagi setiap orang yang mencintai kebenaran dan adil dalam kebenaran, bahwa perayaan maulid bukan dari agama Islam bahkan termasuk bid’ah yang diada-adakan yang mana Allah dan Rasul-Nya telah memerintahkan agar meninggalkan serta berhati-hati darinya.

Tidak pantas bagi orang yang berakal sehat untuk tertipu dengan banyaknya orang yang melakukan Maulid di seluruh penjuru dunia, karena kebenaran tidak diukur dengan banyaknya pelaku, tapi diukur dengan dalil-dalil syar’i, sebagaimana Allah berfirman tentang Yahudi dan Nasrani :

“Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata : ‘Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani’. Demikianlah itu (hanya) angan-angan kosong mereka belaka. Katakanlah : “Tunjukkanlah bukti kebenaran jika kamu adalah orang yang benar .” (QS. Al Baqarah : 111).

Allah juga berfirman :

“Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang-orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. “(QS. Al An’aam : 116 ).

Wallahu a’lamu bis-shawab.

Maraji’ :
Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Ilyas Agus Su’aidi As-Sadawy dari kitab At-Tahdzir minal Bida’, hal 7-15 dan 58-59, karya Syaikh Abdul Azis bin Abdullah bin Baaz rahimahullah. Untuk lebih jelasnya lagi dapat dilihat dalam beberapa rujukan berikut :

  1. Mukhtashar Iqtidha’ Ash Shirat Al Mustaqim (hal. 48-49) karya ibnu Taimiyah.
  2. Majmu’u Fataawa (hal. 87-89) karya Asy Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin.

Sumber :
BULETIN DAKWAH AT-TASHFIYYAH, Surabaya Edisi : 15 / Rabi’ul Awal / 1425 HUKUM MEMPERINGATI Maulid Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Tags:

Sunday, February 14, 2010

Tingkatan Jihad Melawan Nafsu..


Al-Imam Ibnul Qayyim RahimahulLah mengatakan: "Jihad melawan hawa nafsu ada empat tingkatan:
PPost Before “read more”

And here is the rest of it
Pertama: berjihad untuk mempelajari petunjuk (ilmu yang bermanfaat) dan agama yang benar (amal soleh). Seseorang tidak akan mencapai kejayaan dan kebahagiaan di dunia mahupun di akhirat kecuali dengannya.

Kedua: berjihad untuk mengamalkan ilmu setelah mengetahuinya.

ketiga: berjihad untuk mendakwahkan ilmu dan mengajarkannya kepada orang yang belum mengetahuinya.

Keempat: berjihad untuk sabar dalam dakwah kepada Allah Ta'ala dan sabar terhadap gangguan manusia. Dia menanggung kesulitan-kesulitan dakwah itu semata-mata kerana Allah.

Apabila ke empat-empat tingkatan ini terpenuhi pada dirinya,maka ia termasuk orang-orang rabbani. - Zaadul Ma'ad fii Hadyil Khairil 'Ibad (III/10),Lihat juga Syarah Tsalatsatil Ushuul hal.25-26,karya Syaikh Muhammad bin Sholeh al-'Utsaimeen rahimahullah.



Di Petik dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga, karangan Syeikh Yazid bin Abdul Qadir Jawwas m/s 45.

Monday, February 8, 2010



HADITH PALSU YANG SERING KITA DENGAR

Ibn Abdil Barr meriwayatkan dari Anas R.A., bahawa Rasululllah SAW bersabda:

"Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China kerana menuntut ilmu itu adalah wajib atas tiap-tiap orang Islam. Bahawasanya para malaikat akan menebarkan sayap-sayapnya bagi penuntut ilmu kerana redha alam ilmu yang dituntunya."

Ibn Adiy, Abu Nu'aim, Al-Uqaili, Al-Baihaqi, Adh-Dhia', Abu Al-Qasim al Qusyairi, Al-Khatheib dan Ibnu Alyak An-Nisaburi meriwayatkan dari jalan Abu 'Atikah, dari Anas r.a., bahawa Rasululllah SAW bersabda: "Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China kerana menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam."
Kata Al-Albani: Hadis ini adalah Maudhu'. Penyakitnya ialah: Abu 'Atikah. *Abu 'Atikah ialah; Tharif bin Sulaiman yang disepakati ulama' akan kedhaifannya:

a) Al-'Uqaili memandangnya sangat Dhaif
b) Al-Bukhari berkata: Abu 'Atikah mungkar hadisnya.

c) Kata An-Nasa'i: Ia tidak Thiqah

d) Kata Abu Hatim: Zahibul Hadis
e) As-Sulaimani menyebutnya di antara orang yang dikenal dengan membuat Hadis.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal sangat mengingkari hadis ini Hadis ini disebutkan oleh Ibnul Jauzi dalam kitabnya; Al-Maudhu'at dan beliau berkata: Kata Ibn Hibban: Hadis ini Batil, tiada asalnya dan diakui oleh As-Sakhawi dalam kitabnya; Al-Maqashid. Adapun bahagian kedua Hadis, iaitu "Kerana menuntut ilmu itu wajib atas tiap-tiap orang Islam" banyak diriwayatkan dari jalan lain dan dia adalah sahih seperti yang ditegaskan oleh Al-Albani dalam kitabnya; Silsilatul Ahadith Shahihati (3913-3914). Az Zahabi menyebutkan dalam Al-Mizan dari riwayat Ibn Karram, dari Ahmad, dari Abu Hurairah r.a., bahawa Rasululllah SAW bersabda:
"Tuntutlah ilmu walaupun ke negeri China." Hadis ini adalah Maudhu'. Penyakitnya ialah: Muhammad bin Karram dan Ahmad bin Abdullah bin Khalid al-Juwaibari:
a) Kata Az Zahabi: Al Juwairabi adalah di antara orang yand dijadikan perumpamaan dengan kebohongannya:

b) Kata Ibn Hibban: Dia adalah Abu 'Ali, salah seorang dajal.

c) Kata An-Nasa'i dan Ad-Daruquthni: Dia adalah pembohong.
d) Kata Ibn 'Adiy: Al Juwaibari membuat Hadis untuk Ibn Karram mengikut kemahuan Ibn Karram dan Ibn Karram mengtakhrijnya dalam kitab-kitabnya dari Ibn Karam. Kemudian Az Zahabi menyebutkan beberapa buah Hadis yang membuktikan kebohongan Al-Juwaibari, di antaranya Hadis di atas. Dan mengenai Ibn Karram pula, Az Zahabi berkata: Muhammad bin Karram as-Sajistani adalah seorang ahli Bid'ah yang saqith hadisnya. Ia banyak meriwayatkan hadis dari Ahmad Juwaibari dan Muhammad bin Tamim as-Sa'di yang kedua-duanya pembohong:

a) Kata Ibn HIbban: Ibn Karram menjadikan iman itu ialah perkataan tanpa makrifat. b) Kata Ibn Hazmin: Ibn Karram berkata: Iman itu ialah perkataan dengan lidah, dan jika beriktiqad kufur dengan hatinya maka dia adalah mukmin.
c) Kemudian Az-Zahabi berkata: Dia ini adalah seorang munafiq sejati, pasti di tempat yang paling bawah dari neraka, apakah yang memberi manfaat kepadanya dengan menamakannya sebagai seorang mukmin?
d) kata Ibn Iraq: Muhammad bin Karram as-Sajistani adalah seorang Syekh golongan Karamiah yang dengan Bid'ahnya meriwayatkan hadis-hadis Maudhu'.


*Rujukan: Himpunan Hadis Dha'if dan Maudhu' (Jilid 2), oleh DRS. ABDULH GHANI AZMI BIN HADI IDRIS. (keluaran: Al-Hidayah)

PPost Before “read more”

And here is the rest of it

Saturday, February 6, 2010

RASULULLAH BERKISAH TENTANG NERAKA


Perintah Untuk Berlindung Dari Neraka


Allah berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ-6

"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah diri kamu dan keluarga kamu dari neraka yang bahan-bahan bakarannya: manusia dan batu (berhala); neraka itu dijaga dan dikawal oleh malaikat-malaikat yang keras kasar (layanannya); mereka tidak menderhaka kepada Allah dalam segala yang diperintahkanNya kepada mereka, dan mereka pula tetap melakukan segala yang diperintahkan."Surah at-Tahreem ayat 6.

Allah menerangkan ciri-ciri 'Ibadurrahmaan (hamba-hamba Allah) dalam firmanNya:

وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا-65-إِنَّهَا سَاءَتْ مُسْتَقَرًّا وَمُقَامًا-66

"Dan juga mereka yang berdoa dengan berkata: Wahai Tuhan kami, sisihkanlah azab neraka Jahannam dari kami, sesungguhnya azab seksanya itu adalah mengertikan-65-Sesungguhnya neraka Jahannam itu tempat penetapan dan tempat tinggal yang amat buruk";Surah al-Furqaan ayat 65,66

وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُون-27-إِنَّ عَذَابَ رَبِّهِمْ غَيْرُ مَأْمُونٍ-28

"Dan mereka yang cemas takut daripada ditimpa azab Tuhannya, -27-Kerana sesungguhnya azab Tuhan mereka, tidak patut (bagi seseorangpun) merasa aman terhadapnya;"Surah al-Ma'arij ayat 27 n 28

قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَلَا ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ-15-لَهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ ظُلَلٌ مِنْ النَّارِ وَمِنْ تَحْتِهِمْ ظُلَلٌ ذَلِكَ يُخَوِّفُ اللَّهُ بِهِ عِبَادَهُ يَاعِبَادِ فَاتَّقُونِي-16 "

Sesungguhnya orang-orang yang rugi (dengan sebenar-benarnya) ialah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri dan pengikut-pengikutnya pada hari kiamat (dengan sebab perbuatan mereka memilih kekufuran atau kederhakaan). Ingatlah, yang demikian itulah kerugian yang jelas nyata.Bagi mereka (yang kafir disediakan lapisan-lapisan dari api menyerkup di atas mereka, dan lapisan-lapisan (dari api) di bawah mereka; dengan (azab) yang demikian, Allah menakutkan hamba-hambaNya: "Oleh itu, bertaqwalah kepadaKu wahai hamba-hambaKu!" Surah az-Zumar ayat:15 n 16

  • Ibnu Mas'oud menyatakan : Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam mengajarkan doa ini kepada sahabat sebagaimana mengajarkan kepada mereka suatu surah dari al-Quran ,yakni ucapkanlah:

اللهم إني أعوذبك من عذاب جهنم , وأعوذبك من عذاب القبر , وأعوذبك من فتنة المسيح الدجال , وأعوذبك من فتنة المحيا والممات

"ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari 'azab jahannam, dan aku berlindung kepada-Mu dari 'azab kubur, dan aku berlindung kepadaMu dari fitnah Dajjal, dan aku belindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian".H.R Muslim (5/89-Syarah an-Nawawi)

  • Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu mengatakan, "kebanyakan doa Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam adalah:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari azab neraka".ٍSurah al-Baqarah ayat 201

  • Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu meriwayatkan,RasululLah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مااستجار عبد من النار سبع مرات ؛ إلا قالت النار : يا رب ! إن عبدك فلانا استجار مني؛ فأجره , ولا سأل عبد الجنة سبع مرات ؛ إلا قالت الجنة : يا رب ! إن عبدك فلانا سألني ؛ فأدخله الجنة

"Tidaklah seorang hamba memohon perlindungan (kepada Allah)dari neraka sebanyak tujuh kali melainkan neraka mengatakan : Wahai Rabb! hamba-Mu, fulan, meminta perlindungan dariku,maka lindungilah ia. Dan tidaklah seorang hamba memoho syurga sebanyak tujuh kali melainkan syurga mengatakan : Wahai Rabb! hamba-Mu, Fulan, memohonku,maka masukkanlah ia kedalam syurga."Al-Munzhiri menyatakan dalam at-Targhib ,6/229"Diriwayatkan Abu Ya'la dengan sanad yang sesuai dengan syarat al-Bukhari dan Muslim.


Nukilan dari terjemahan Washfu an-Naar min Shahih al-Akhbaar ms.103-106 karangan samahah as-Syeikh Wahid Abdus Salam Bali terbitan Pustaka Tazkia.

Friday, February 5, 2010

TANDA-TANDA ILMU YANG BERMANFAAT


Ilmu yang bermanfaat dapat diketahui dengan melihat kepada pemilik ilmu tersebut.Diantara tanda-tandanya adalah:
  • orang yang bermanfaat ilmunya tidak peduli terhadap keadaan dan kedudukan dirinya serta hati mereka membenci pujian dari manusia,tidak menganggap dirinya suci dan tidak sombong dengan ilmu yang di milikinya.


Imam al-Hasan al-Bashri ( wafat th.110h ) Rahimahullah menyatakan : "Orang yang faqih hanyalah orang yang zuhud terhadap dunia,sangat mengharapkan kehidupan akhirat,mengetahui agamanya dan rajin beribadah". Dalam riwayat lain beliau berkata : "Ia tdak irihati terhadap orang yang berada di atasnya,tidak sombong terhadap orang yang berada di bawahnya,dan tidak mengambil imbalan dari ilmu yang telah Allah Ta'ala ajarkan kepadanya"sunan ad-Darimiy(1/81)


  • Pemilik ilmu yang bermanfaat apabila ilmunya bertambah,bertambah pula sifat tawadhu',rasa takut,kehinaan,dan ketundukannya dihadapan Allah Ta'ala.
  • Ilmu yang bermanfaat mengajak pemiliknya lari dari dunia. Yang paling besar adalah kedudukan,ketenaran,dan pujian. Menjauhi hal itu dan bersungguh-sungguh dalam menjauhkannya.
  • Pemilik ilmu ini tidak mengaku-ngaku memiliki ilmu dan tidak berbangga dengannya terhadap seorang pun. Ia tidak menisbatkan kebodohan terhadap seorangpun, kecuali seseorang yang jelas-jelas menyalahi Sunnah dan Ahlus Sunnah. Ia marah kepadanya kerana Allah Ta'ala semata,bukan kerana peribadinya,tidak pula bermaksud meninggikan kedudukan dirinya sendiri di atas seorangpun.lihat Fadhlul 'ilmi Salaf 'ala Khalaf (hal.55-57)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th.728h) RahimahulLah membahagikan ilmu yang bermanfaat ini -yang merupakan tiang dan asas dari hikmah- menjadi tiga bahagian. Beliau RahimahulLah berkata: "Ilmu yang terpuji, yang ditunjukkan oleh al-Kitab dan as-Sunnah adalah ilmu yang di wariskan dari para Nabi, sebagaimana yang disabdakan oleh RasululLah shallallahu 'alaihi wa sallam:
إن العلماء هم ورثة الأنبياء , لم يرثوا دينارا ولا درهما إنما ورثوا العلم , فمن أخذه أخذ بحظ وافر
"Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi, dan mereka tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu. Siapa yang mengambilnya, maka ia telah mengambil bahagian yang banyak."hadits shohih diriwayatkan oleh Ahmad (II/252,325), Abu Dawud (no.3641),at-Tirmizi (no.2682), Ibnu Majah (no.223), dan Ibnu Hibban (no.80-Mawaarid), ini lafaz Ahmad dari sahabat Abu Dardaa' Radhiyallahu 'anhu.

Nukilan dari Kitab Menuntut Ilmu Jalan Menuju Syurga,karangan al-fadhil ustaz Yazid bin Abdul Qadir Jawwas. m.s 26,27,28 Terbitan Pustaka at-Taqwa.


Thursday, February 4, 2010

Dalam Setiap Ucapan Terselip Kebenaran


Dari Suwaid bin al-Harits al-Azadi, dia berkata, “Saya adalah utusan gelombang ke tujuh dari kaum saya yang dikirimkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika kami masuk ke rumahnya, kamipun berbicara dengannya. Beliau merasa heran dengan hiasan dan pakaian yang kami pakai. Maka Rasulullah pun shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Siapa kalian?”

Kami menjawab, “Kami adalah orang mukmin.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersenyum dan berkata, “Dalam setiap ucapan terselip suatu kebenaran. Lalu apakah kebenaran ucapan dan keimanan kalian?”


Kami menjawab, “Ada lima belas hal, yang lima diantaranya telah diperintahkan oleh utusanmu agar kami mempercayai kelima hal tersebut. Lima diantaranya lagi telah diperintahkan agar kami melakukannya. Lima yang sisanya adalah akhlak yang telah kita lakukan pada zaman jahiliyah, dan sekarang kita berada di dalamnya, kecuali jika ada salah satu dari kelima hal tersebut yang dibenci.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apakah lima hal yang telah diperintahkan oleh utusanku untuk kalian percaya?”

Kami menjawab, “Utusanmu menyuruh kami untuk beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-Nya, Rasul-Nya dan hari kebangkitan setelah kematian.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Dan apakah lima hal tersebut yang telah diperintahkan oleh utusanku untuk kalian kerjakan?”

Kami menjawab,”Dia memerintahkan kita untuk mengatakan ‘La ilaha illallah, melakukan shalat, menunaikan zakat, melakukan puasa Ramadhan dan menunaikan haji bagi orang yang mampu.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya lagi, “Lalu apakah lima hal yang telah kalian lakukan pada zaman jahiliyah?”

Mereka menjawab, “Berterima kasih ketika memperoleh kelapangan, bersabar ketika tertimpa musibah, ridha menerima keputusan, bersikap baik dan dapat dipercaya ketika berada di tempat-tempat pertemuan dan tidak mencaci maki musuh.”

Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Para hakim dan ulama, dengan pemahaman mereka, hampir saja menjadi (menyamai) para nabi.”

Kemudian beliau berkata lagi, “Dan saya tambahkan lima lagi. Sehingga semuanya menjadi dua puluh hal, yaitu: Janganlah kalian mengumpulkan sesuatu yang tidak kalian makan. Janganlah kalian membangun sesuatu yang tidak kalian tempati. Janganlah kalian berlomba untuk memperebutkan sesuatu, dimana sesuatu itu akan hilang esok paginya. Bertakwalah kepada Allah, yang hanya kepada-Nya lah kalian kembali dan hanya kepada-Nya lah kalian berkeluh kesah. Dan harapkanlah sesuatu yang dapat membuat dirimu maju dan dapat membuat dirimu kekal.”

Setelah itu, rombongan itupun keluar dari tempat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka tetap menjaga dan mengamalkan wasiat tersebut. **

*) Dikutip dari buku “Bercanda Bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam” (edisi terjemahan “Dhahikun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam wa Tabassumuhu wa Muzahuhu” oleh Ridhwanullah ar-Riyadhi) 1426/2005, Penerbit Darul Haq, Jakarta. Dengan perubahan seperlunya oleh redaksi www.muslimah.or.id

**) Zaadul Ma’ad fi Hadyi ‘Ibad oleh Ibnul Qayyim al-Jauziyah.

***


PPost Before “read more”

And here is the rest of it