Monday, December 21, 2009

WANITA DAN DAKWAH


Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Bazz Rahimahullah
(Majmu’ Fatawa wa Maqaalat, 7/323-326)

Wanita sama seperti lelaki dalam kewajiban berdakwah kepada Allah dan beramar ma’ruf nahyi mungkar.

Dalil-dalil dari Al-qur’an dan Sunnah mencukupi semuanya, kecuali yang dikecualikan oleh dalil. Ucapan para ulama juga jelas dalam hal itu. Diantara dalil dari Al-qur’an tentang hal itu (yang ertinya): “Kaum mukminin dan mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (At-Taubah : 71)
“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta kalian beriman kepada Allah.” (Ali Imron : 110)

Hendaknya wanita itu berdakwah kepada Allah dengan adab-adab yang sesuai dengan syari’at yang juga dituntut dari para lelaki. Wanita itu juga harus sabar dan mengharap pahala dari Allah (yang ertinya): “Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (Al-Anfal : 46)

Dan juga firman Allah azza wajalla yang menceritakan ucapan Luqman kepada anaknya (yang ertinya): “Wahai anakku, dirikanlah sholat, suruhlah kepada yang ma’ruf, laranglah dari yang mungkar dan bersabarlah engkau menghadapi apa yang menimpamu, kerana itu adalah perkara yang diwajibkan Allah.” (Luqman : 17)

Kemudian dia juga hendaknya memperhatikan beberapa perkara, seperti: dia harus menjadi tauladan dalam menjaga iffah (kehormatan), hijab dan amal sholih. Hendaknya dia menjauhi tabarruj dan ikhtilath (bercampur-baur antara lekai dan wanita yang bukan muhrim) yang itu adalah terlarang hingga dia berdakwah dengan ucapan dan perbuatan dalam meninggalkan apa yang diharamkan Allah atasnya. (Ini jawapan atas soal: Apakah pendapat Anda antara wanita dan dakwah?)

Soal berikutnya:
Apakah perlu kita sediakan waktu untuk wanita agar dia berdakwah kepada Allah?

Jawab:
Saya tidak dapati ada larangan dalam hal itu. Jika ditemui ada wanita solehah yang boleh berdakwah, dan selayaknya dia dibantu, mengatur waktunya, diminta darinya untuk membimbing para wanita sejenisnya, karena memang para wanita butuh kepada para pembimbing wanita. Adanya wanita seperti ini di kalangan wanita lainnya kadang lebih bermanfaat dalam menyampaikan dakwah untuk mengajak kepada jalan yang benar daripada lelaki . Kadang wanita-wanita itu malu bertanya kepada da’i yang lelaki sehingga dia menyembunyikan apa yang seharusnya dia tanyakan. Kadang pula dia terlarang untuk mendengarkan dakwah dari lelaki atau ustaz-ustaz. Namun jika da’inya wanita, dia tidak demikian. Kerana dia boleh hampir dengan da'i wanita tersebut dan menyampaikan apa yang perlu baginya serta hal itu lebih besar pengaruhnya.

Maka wanita yang memiliki ilmu hendaknya menjalankan kewajiban dakwah ini dan membimbing kepada kebaikan semampunya berdasarkan firman Allah (yang ertinya): “Ajaklah mereka kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan nasehat yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang paling baik.” (An-Nahl : 125)
“Katakanlah: Inilah jalanku, aku berdakwah kepada Allah berdasarkan bashiroh (ilmu), aku dan orang yang mengikutiku.” (Yusuf : 108)

“Dan siapakah yang lebih baik ucapannya daripada orang yang berdakwah kepada Allah dan beramal soleh dan dia mengatakan: Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (Islam).”
(At-Taghabun:16)

Dan juga firman Allah Subhanahuwata’ala (yang ertinya): “Maka bertaqwalah kalian semampunya.” (Fushilat : 33)
Ayat-ayat yang semakna dengan ini cukup banyak. Merangkumi lelaki dan wanita dan hanya Allah lah yang memberikan taufiq.



Dikutip dari Buletin Islamiy “Al-Minhaj”, Edisi kedua Tahun I, hal. 16.
Diterbitkan oleh Maktabah Adz Dzahabi Group, Kota Medan
Sumber:http://www.thullabul-ilmiy.or.id

No comments:

Post a Comment